
editormedan.com – Medan , aksi yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa di Medan berujung pada kejadian tak terduga. Sebuah warung di kawasan Medan Timur dilaporkan diserang dan dijarah oleh beberapa mahasiswa yang sebelumnya ikut serta dalam sebuah aksi unjuk rasa, Rabu (21/1/2025). Insiden ini mengejutkan warga setempat dan membuat aparat kepolisian segera bertindak.
Menurut keterangan dari pemilik warung, kejadian bermula saat kelompok mahasiswa yang berjumlah belasan orang melintas di depan warung miliknya usai melakukan aksi di salah satu gedung pemerintahan. “Awalnya saya lihat mereka hanya lewat, tapi tiba-tiba beberapa dari mereka masuk dan mengambil barang-barang tanpa izin,” ungkap Sumiati, pemilik warung yang menjadi korban.
Barang-barang yang diambil oleh para pelaku meliputi makanan, minuman, dan sejumlah uang tunai yang tersimpan di laci kasir. Aksi tersebut terjadi dengan cepat, sementara pemilik warung dan beberapa saksi mata lainnya tidak mampu berbuat banyak karena takut akan tindakan lebih lanjut dari kelompok tersebut.
Setelah menerima laporan dari korban, tim kepolisian dari Polrestabes Medan langsung turun ke lokasi untuk melakukan penyelidikan. Berdasarkan hasil pengumpulan bukti dan rekaman CCTV di sekitar warung, polisi berhasil mengidentifikasi tiga orang pelaku utama. Ketiganya diketahui merupakan mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi swasta di Medan.
Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Valentino Alfa Tatareda, dalam konferensi persnya menjelaskan bahwa ketiga pelaku telah diamankan dan saat ini sedang menjalani pemeriksaan intensif. “Ketiga pelaku mengaku terlibat dalam aksi tersebut, namun kami masih mendalami apakah ada motif lain di balik kejadian ini,” jelas Kapolrestabes.
Sementara itu, aksi mahasiswa yang berakhir dengan tindak kriminal ini menuai reaksi keras dari berbagai pihak. Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) kampus tempat pelaku berkuliah mengutuk keras tindakan tersebut. “Aksi unjuk rasa seharusnya dilakukan dengan damai dan bermartabat, bukan berujung pada tindakan melawan hukum seperti ini,” tegasnya.
Kasus ini juga menjadi sorotan dari masyarakat Medan. Beberapa warga mengaku prihatin dengan perubahan tujuan aksi yang seharusnya menyuarakan aspirasi justru berubah menjadi tindakan yang merugikan orang lain. “Kalau begini, malah nama mahasiswa jadi buruk di mata masyarakat,” ujar salah seorang warga yang tak mau disebutkan namanya.
Salah satu pelaku, menurut informasi yang diperoleh dari pihak kepolisian, mengaku tindakannya tersebut dilakukan secara spontan tanpa rencana sebelumnya. Namun, pengakuan ini masih terus dikaji lebih lanjut untuk memastikan kebenarannya. Polisi juga sedang mengidentifikasi kemungkinan keterlibatan pelaku lainnya.
Pihak kampus tempat para pelaku berkuliah telah dipanggil untuk bekerja sama dalam proses penyelidikan. Rektor perguruan tinggi tersebut menyatakan akan memberikan sanksi tegas kepada mahasiswanya yang terbukti melanggar hukum, baik secara akademik maupun administratif.
Masyarakat setempat berharap kasus ini menjadi pelajaran bagi semua pihak, terutama mahasiswa, untuk menjaga etika dan tata tertib dalam menyampaikan aspirasi. “Demonstrasi itu boleh saja, tapi jangan sampai mencoreng nama baik kampus dan merugikan orang lain,” ujar salah seorang tokoh masyarakat di Medan Timur.
Polisi juga mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpancing emosi terkait insiden ini. “Kami akan bekerja maksimal untuk menyelesaikan kasus ini dan memastikan keadilan bagi semua pihak,” ujar Kombes Valentino.
Kasus ini menjadi pengingat pentingnya menegakkan disiplin dalam aksi unjuk rasa, terutama di kalangan mahasiswa yang dianggap sebagai generasi penerus bangsa. Aparat kepolisian bersama dengan pemerintah daerah juga berencana meningkatkan pengawasan terhadap aksi-aksi serupa untuk mencegah kejadian serupa terulang.
Sebagai upaya pencegahan, kepolisian akan mengintensifkan dialog dengan pihak kampus dan organisasi mahasiswa di Medan. “Kita harus duduk bersama mencari solusi agar aksi aspirasi mahasiswa tidak lagi melibatkan tindakan yang mencoreng nama baik institusi mereka sendiri,” tambah Kapolrestabes.
Kasus penjarahan ini diharapkan segera menemukan titik terang dan memberikan keadilan bagi korban. Di sisi lain, hal ini juga menjadi pelajaran penting bagi semua pihak untuk selalu mengedepankan kedamaian dalam menyampaikan pendapat atau memperjuangkan hak.
Kini, masyarakat Medan menanti langkah tegas dari pihak kepolisian sekaligus upaya introspeksi dari seluruh pihak terkait, terutama mahasiswa, agar hal serupa tidak terulang di masa mendatang.