
Editormedan.com – Libur Lebaran yang seharusnya membawa berkah, justru menyisakan keluhan bagi sebagian sopir angkutan kota (angkot) di Medan. Sudah memasuki hari kelima setelah Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah, sejumlah pengemudi angkot mengeluhkan pendapatan harian mereka yang anjlok drastis akibat minimnya jumlah penumpang.
Suryono, salah satu sopir Angkot Nomor 103, mengaku hanya memperoleh penghasilan sebesar Rp20 ribu dalam sehari. Angka tersebut sangat jauh dari biasanya yang bisa mencapai Rp150 ribu hingga Rp200 ribu per hari saat kondisi normal.
“Biasanya ramai karena banyak karyawan yang naik angkot dari rumah ke kantor. Tapi sekarang masih banyak yang libur, jadi jalanan sepi penumpang. Kalau dapat Rp20 ribu itu sudah untung,” kata Suryono saat ditemui di Jalan Iskandar Muda, Kecamatan Medan Petisah, Jumat (4/4/2025).
Ia menyebut bahwa kondisi ini terjadi hampir setiap tahun saat momen Lebaran, terutama setelah cuti bersama. Namun, tahun ini dirasa lebih berat karena harga kebutuhan pokok juga ikut naik, sehingga beban hidup semakin besar.
“Bensin tetap harus beli, makan juga harus. Tapi uang masuk sangat sedikit. Kadang tidak cukup buat setor ke pemilik angkot,” tambahnya dengan nada lesu.
Hal serupa juga dirasakan oleh Adnan, sopir Angkot Nomor 06 yang melayani trayek Medan Johor – Petisah. Ia bahkan sempat berhenti beroperasi selama dua hari karena tidak sanggup menutup biaya operasional.
“Daripada jalan tapi rugi, mending saya di rumah dulu. Baru hari ini coba bawa angkot lagi, siapa tahu sudah mulai ramai. Tapi ternyata masih sepi,” ujarnya.
Menurutnya, penurunan jumlah penumpang disebabkan banyaknya warga yang masih mudik atau belum kembali bekerja setelah libur panjang. Sebagian juga beralih menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi online yang dinilai lebih nyaman.
“Kita kalah bersaing sama ojol (ojek online), apalagi kalau penumpangnya cuma satu atau dua orang. Mereka lebih pilih naik ojol daripada angkot yang harus nunggu penuh dulu,” jelas Adnan.
Organisasi angkutan darat (Organda) Medan pun mengakui adanya penurunan aktivitas penumpang pasca Lebaran. Ketua Organda Kota Medan, Fadli Nasution, mengatakan bahwa kondisi ini memang menjadi tantangan rutin setiap tahun.
“Memang sudah jadi pola tahunan, habis Lebaran pasti lesu. Kita imbau para sopir agar bersabar dan tetap menjaga pelayanan serta keselamatan penumpang,” ujar Fadli saat dikonfirmasi.
Ia menyebut, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan untuk mencari solusi jangka panjang, termasuk kemungkinan penyesuaian rute atau waktu operasional angkot selama masa sepi penumpang.
Sementara itu, Dinas Perhubungan Kota Medan mengaku telah menerima laporan terkait kondisi sopir angkot yang terdampak penurunan pendapatan. Kadis Perhubungan Medan, Rinaldi Harahap, menyatakan pihaknya sedang mengevaluasi pola transportasi pasca-libur panjang.
“Kami akan lihat apakah ada kebutuhan untuk rekayasa trayek atau jadwal tertentu yang bisa mengakomodasi penurunan penumpang ini. Kami juga akan mendata sopir-sopir terdampak untuk kemungkinan bantuan sosial,” jelas Rinaldi.
Para sopir berharap pemerintah lebih memperhatikan nasib mereka, terutama di masa-masa sulit seperti sekarang. Bantuan subsidi bahan bakar atau keringanan pajak kendaraan menjadi salah satu harapan mereka untuk bertahan di tengah tekanan ekonomi.
“Kalau bisa kami dibantu, walaupun sedikit. Setidaknya ada perhatian. Karena kami juga bagian dari roda transportasi kota,” ujar Suryono, menutup pembicaraan dengan harapan.
Kondisi ini menjadi cermin nyata betapa sektor transportasi informal masih sangat rentan terhadap fluktuasi ekonomi dan sosial, terutama saat momentum besar seperti Lebaran. Diperlukan kebijakan yang adaptif agar para pekerja sektor ini tetap bisa bertahan dan menjalankan perannya bagi masyarakat.