
EDITORMEDAN.COM – Ratusan pekerja proyek renovasi Stadion Teladan Medan mengaku belum menerima gaji mereka selama hampir dua bulan terakhir. Keluhan tersebut disampaikan langsung oleh salah satu perwakilan pekerja kepada awak media pada Sabtu pagi, 19 Juli 2025, di sekitar lokasi proyek yang masih aktif dikerjakan.
Para pekerja menyatakan bahwa keterlambatan pembayaran gaji ini telah berdampak besar terhadap kebutuhan hidup sehari-hari mereka. Sebagian besar dari mereka merupakan buruh harian lepas yang sangat bergantung pada upah mingguan atau bulanan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
“Sudah hampir dua bulan kami kerja, tapi belum digaji. Anak istri di rumah sudah mulai susah makan,” ungkap Suroto, salah satu tukang bangunan yang sudah bekerja di proyek tersebut sejak awal renovasi dimulai. Ia mengatakan bahwa janji pembayaran sudah sering diucapkan oleh pihak pengelola proyek, namun tak pernah terealisasi.
Stadion Teladan Medan saat ini tengah menjalani proses renovasi besar-besaran yang didanai dari APBD Sumatera Utara, sebagai bagian dari persiapan kota Medan untuk menjadi tuan rumah sejumlah ajang olahraga nasional. Proyek ini menjadi perhatian publik karena dianggap sebagai ikon kebangkitan olahraga di wilayah Sumatera Utara.
Namun di balik megahnya proyek ini, persoalan kesejahteraan tenaga kerja tampaknya luput dari perhatian. Beberapa pekerja bahkan mengaku telah mencoba mengadukan masalah ini kepada mandor dan perwakilan kontraktor proyek, namun tidak mendapat tanggapan yang memuaskan.
“Sempat kami tanya ke mandor, katanya dana dari atas belum turun. Tapi masa iya kami harus kerja terus tanpa kepastian?” ujar Marwan, pekerja lainnya yang mulai khawatir akan nasib rekan-rekannya. Ia mengaku beberapa rekannya bahkan sudah berhenti bekerja karena tidak sanggup lagi menanggung kebutuhan hidup tanpa bayaran.
Persoalan ini pun mulai menarik perhatian sejumlah aktivis buruh di Medan. Mereka menilai bahwa keterlambatan pembayaran gaji pekerja adalah bentuk pelanggaran hak dasar tenaga kerja. Ketua Serikat Buruh Sumut, Rudi Sinaga, menegaskan bahwa pihaknya akan segera mendampingi para pekerja untuk menuntut hak mereka secara hukum.
“Ini bukan sekadar soal gaji, tapi soal kemanusiaan. Pekerja sudah bekerja sesuai kontrak, maka gaji mereka harus dibayar tepat waktu. Tidak ada alasan yang bisa membenarkan keterlambatan pembayaran hingga dua bulan,” tegas Rudi dalam konferensi pers yang digelar terpisah.
Pemerintah Kota Medan sendiri hingga saat ini belum memberikan keterangan resmi terkait persoalan tersebut. Beberapa media mencoba menghubungi Dinas PU dan pihak kontraktor utama, namun belum mendapatkan jawaban yang jelas. Sementara itu, proyek renovasi masih terus berjalan dengan puluhan pekerja tetap melanjutkan tugasnya meski dalam kondisi penuh ketidakpastian.
Sebagian masyarakat yang mengetahui kabar ini turut menyayangkan kejadian tersebut. “Kalau proyek sebesar itu bisa berjalan tanpa memperhatikan kesejahteraan pekerjanya, artinya ada yang salah dalam manajemen proyek ini,” ujar Arief, warga Medan yang rutin melintas di depan stadion.
Isu ini juga mulai ramai diperbincangkan di media sosial, dengan banyak warganet menyuarakan solidaritas terhadap para pekerja dan mendesak pemerintah daerah untuk turun tangan segera. Beberapa di antaranya bahkan mengusulkan adanya audit khusus terhadap proyek Stadion Teladan.
Para pekerja berharap pemerintah, baik provinsi maupun kota, segera turun tangan untuk menyelesaikan masalah ini. Mereka tidak meminta lebih, hanya menuntut hak mereka yang selama ini belum dipenuhi. “Kami tidak mau ribut, kami cuma mau hak kami dibayar. Itu saja,” kata Suroto.
Jika persoalan ini terus berlarut-larut, tidak menutup kemungkinan aksi protes atau mogok kerja bisa terjadi di lokasi proyek. Hal ini tentu akan menghambat progres renovasi stadion yang tengah dikebut. Terlebih, Stadion Teladan digadang-gadang akan menjadi tuan rumah bagi sejumlah pertandingan penting pada akhir tahun.
Hingga berita ini ditulis, para pekerja masih menunggu kepastian dan tindak lanjut dari pihak terkait. Mereka berharap suara mereka didengar dan segera ada penyelesaian yang adil, agar mereka bisa kembali bekerja dengan tenang dan hidup dengan layak.