
EDITORMEDAN.COM – Sibolangit Ratusan warga dari Desa Bingkawan dan Desa Rambung Baru, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, turun ke jalan melakukan aksi demonstrasi pada Senin, 21 Juli 2025. Mereka menyuarakan penolakan keras terhadap rencana pembangunan kompleks pemakaman elit yang diduga akan menggunakan tanah milik warga tanpa persetujuan yang jelas. Aksi ini menimbulkan kemacetan parah dan menyita perhatian publik.
Warga membawa spanduk dan poster bertuliskan tuntutan mereka. Dengan penuh semangat, mereka berorasi di tengah jalan utama penghubung Deli Serdang–Berastagi. Aksi ini sempat membuat arus lalu lintas lumpuh selama beberapa jam. Sejumlah aparat kepolisian terlihat berjaga di lokasi untuk menjaga agar aksi tetap berjalan damai.
Dalam orasinya, warga menyatakan bahwa mereka telah menempati dan mengelola tanah tersebut secara turun-temurun. Tiba-tiba, mereka dikejutkan dengan kabar bahwa lahan mereka akan dialihfungsikan menjadi lahan pemakaman mewah oleh pihak swasta yang bekerja sama dengan oknum tertentu.
“Ini tanah nenek moyang kami, sudah kami kelola puluhan tahun. Tiba-tiba ada surat masuk katanya mau dijadikan pemakaman elit. Kami tidak pernah menjual tanah kami!” ujar salah satu tokoh masyarakat Desa Bingkawan, Pak Jafar, saat menyampaikan pendapatnya di depan kerumunan warga.
Warga menilai proyek pemakaman elit itu tidak hanya akan menggusur mereka secara paksa, tetapi juga akan merusak ekosistem dan tatanan sosial yang telah mereka bangun selama ini. Mereka khawatir pembangunan tersebut akan mengganggu sumber air, pertanian, dan ketenangan hidup warga.
Lebih lanjut, warga menduga ada permainan dalam penerbitan dokumen sertifikat hak guna lahan yang dilakukan secara sepihak. Mereka menuntut pemerintah daerah segera turun tangan dan menghentikan proses alih fungsi tanah tersebut.
“Kalau pemerintah tidak segera bertindak, kami akan tutup jalan ini setiap hari. Jangan anggap enteng suara rakyat,” kata seorang ibu peserta aksi yang terlihat memegang poster bertuliskan “Tanah Kami Bukan untuk Dijual!”
Camat Sibolangit, yang datang menemui massa, mencoba menenangkan warga dan berjanji akan menyampaikan aspirasi mereka ke Bupati Deli Serdang. Namun, warga menuntut kejelasan dan tindakan nyata, bukan sekadar janji. Mereka meminta agar seluruh proses pengalihan tanah dihentikan sebelum dilakukan audit dan investigasi independen.
Aksi ini turut menarik perhatian aktivis agraria dan pegiat lingkungan hidup. Mereka menyatakan dukungan terhadap perjuangan warga Sibolangit dan mengutuk segala bentuk perampasan tanah yang dilakukan atas nama investasi. Menurut mereka, pembangunan tidak boleh mengorbankan hak-hak masyarakat adat atau warga lokal.
“Pembangunan boleh dilakukan, tapi harus dengan asas keadilan dan partisipasi masyarakat. Tanah bukan sekadar objek ekonomi, tetapi juga simbol kehidupan dan identitas,” tegas Maria Tambunan, salah satu aktivis lingkungan yang hadir dalam aksi tersebut.
Situasi sempat memanas saat beberapa warga mencoba menutup total jalan raya, namun aparat keamanan berhasil mengendalikan keadaan. Pihak kepolisian berjanji akan menjaga netralitas dan menjamin keamanan selama aksi berlangsung.
Menjelang siang, aksi mulai mereda setelah perwakilan warga diterima untuk berdialog dengan pemerintah kecamatan. Namun, warga menegaskan bahwa aksi akan terus berlanjut jika tuntutan mereka tidak ditanggapi secara serius.
Polemik ini menambah daftar panjang konflik agraria yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Banyak kasus serupa di mana warga kecil harus berhadapan dengan kekuatan modal dan birokrasi yang tidak berpihak.
Warga berharap pemerintah pusat dapat turun tangan dan memberikan perlindungan hukum terhadap hak mereka. Mereka juga mendesak Komnas HAM dan Kementerian ATR/BPN untuk melakukan investigasi menyeluruh terkait proses peralihan hak atas tanah tersebut.
Aksi di Sibolangit menjadi peringatan keras bahwa pembangunan yang tidak melibatkan masyarakat secara adil hanya akan menimbulkan perlawanan. Warga Desa Bingkawan dan Rambung Baru bertekad untuk mempertahankan tanah mereka demi masa depan generasi mendatang.